Senin, 20 Oktober 2014

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Hidup ini

Ambil sesukamu harta orang lain, Allah akan mengambilnya kembali.
Relakanlah setiap musibah yang terjadi, Allah yang akan menggantinya

Opah dan omah mertuanya Bang Herman datang bertamu ke rumah Luqman. Di rumah Luqman, masih ada ustadz Basuki yang juga datang bertamu hari raya.
            Luqman jadi tidak enak hati, seharusnya gayung yang datang ke ember, tapi ini malah ember yang datang ke gayung. Maksudnya, seharusnya dialah yang datang bersilaturrahmi ke rumah ustadz basuki dan Opah Omah. Tapi ini terbalik, malah beliau-beliau yang datang ke rumah Luqman.
            “Enggak apa-apa, Opah sama Omah kemari sambil ngeliat si kecil, Wirda,” kata Opah.
            Pembicaraan berkembang hingga ke satu cerita tentang haji Gani, tetangga Opah waktu tinggal di kampung sebelah, kampung kresek. Cerita tentang Haji Gani ini adalah cerita enam tahun yang lalu, tapi sampai saat ini masih jadi contoh bagi orang kampung Ketapang dan sekitarnya tentang kebenaran Tuhan. Yaitu siapa saja yang mengambil hak orang lain, maka suatu saat hak tersebut akan diambil juga oleh Tuhan. Seribu satu cara bagi Allah untuk mengambil kembali harta haram kita. Yang jelas, kalau sudah datang keputusan ini, sengsaralah kita. Kecuali kita beroleh ampunan dan rahmat-Nya kembali.
***

            Cerita berawal kira-kira dua puluh tahunan yang lalu, sekitar awal 80-an, Haji Syarif, bapaknya Haji Gani, meninggal. Sebagai orang betawi dulu, Haji Syarif meninggalkan warisan tanah yang lumayan banyak. Cukup kalau sekadar dibuat untuk pegangan hidup sehari-hari.
            Waktu itu, Haji Gani memiliki satu saudara laki-laki, Shobur. Hak Shobur tidak diberikan oleh haji Gani. Alasannya Shobur masih kecil. Tapi kemudian, “praktik monopoli” yang dilakukan Haji Gani menjadi terus menerus, alias hak Shobur tidak kunjung di berikan meski dirinya sudah dewasa dan berkeluarga. Menurut cerita orang-orang kampung, Haji Gani mengatasnamakan semua harta warisan menjadi atas namanya sendiri. Tidak disisakan satu meter pun untuk Shobur, saudara satu-satunya. Sebagian besarnya sudah di jual oleh Haji Gani, dimakan sendiri. Shobur sendiri lebih banyak menerima tanpa banyak protes.
            Kemudian enam tahun yang lalu, tepatnya tahun 1995, tanah peniggalan orang tuanya mereka yang sejak semula hanya dinikamti oleh Haji Gani, tinggal 400 m2 yang di atasnya berdiri rumah Haji Gani. Shobur sendiri tidak memiliki tanah dan rumah. Dia mengontrak di kampung ketapang, yang saat ini menjadi tetangga Luqman.
            Lalu terjadilah suatu kejadian, yang mengakibatkan kehidupan Haji Gani seakan berakhir, dan Shobur justru naik status social ekonominya.
            Pada pertengahan 1995, Haji Gani mendapatkan tetangga baru, Asiang, Cina Medan. Si Asiang ini berkongsi dengan Haji Gani, usaha konveksi. Pada mulanya usaha mereka ini sangat maju sehingga Haji Gani tampak simpatik kepadanya.
            Suatu ketika, Asiang berbicara dengan Haji Gani, bahwa mereka bisa dapat pinjaman dana dari bank. Syaratnya adalah ada jaminan. Tanpa beban Haji Gani percaya saja kepada Asiang, menyerahkan surat tanah dan rumahnya untuk dijadikan jaminan. Bank memberikan pinjaman yang lumayan besar, lima puluh juta rupiah. Tapi hanya sebulan setelah uang cair, Asiang kabur. Tinggallah Haji Gani yang kebingungan dengan kejadian ini. Karena Cuma itu yang dia miliki dan keluarganya.
            Ketika akan kabur, Asiang sempat bertemu dengan Shobur. Tetapi justru Shobur yang mendapat sebagian dana pinjaman yang didapat dari bank tersebut. Asiang memberikan empat mesin obrak bekas, seharga dua belas juta rupiah. Ternyata Asiang bermitra dengan Shobur.
            Sejak itu, Haji Gani seperti menunggu saat-saat rumahnya diekseskusi saja. Di kemudian hari, rumah itu dijual oleh bank. Rumah itu tinggal seharga seratus lima puluh juta rupiah. Setelah dipotong utang bank, komisi dan biaya pengurusan jual belinya, Haji Gani masih mempunyai uang tiga puluj juta rupiah lagi. Tapi lagi-lagi Shobur tidak dibagi lagi, alasannya dia sendiri sedang melarat. Dia berkilah, uang ini akan digunakannya untuk kembali meneruskan uasaha yang pernah dirintisnya dengan Asiang.
            Malang bagi Haji Gani, krisis moneter datang menerpa bagai badai yang memorak-porandakan semua yang ada dibumi. Usahanya bankrut, sedangkan dia sendiri tidak sempat untuk memberli rumah lagi. Akhirnya, kini Haji Gani hanya tinggal di kontrakan yang kecil saja. Itupun karena ikut dengan menantunya.
            Bagaimana dengan Shobur? Beberapa tahun sejak kejadian, usaha Shobur malah makin maju. Dia bahkan sudah bisa membeli beberapa petak tanah yang di atasnya dibangunnya sebuah kontrakan, di kampung Kresek. Di sanalah justru Haji Gani tinggal, di kontrakan Shobur.
***

Allah Maha Adil. Allah Maha Sempurna hisab-Nya. Haji Gani memakan harta Shobur, tapi akhirnya dia kehilangan semua harta yang pernah diambilnya tersebut, hingga tak bersisa, sedangkan Shobur dengan segala penderitaannya malah naik derajatnya.
            Tapi kalau Haji Gani mau berpikir lebih jauh lagi, dia sesungguhnya sedang diberikan karunia yang sangat besat oleh Tuhan, yaitu kesempatan untuk bertobat. Di sisa umurnya, Haji Gani dapat berubah menjadi haji sebenar benarnya haji, yang menundukkan jiwa dan raganyadi hadapan Allah Swt.
            belajar dari kisah di atas kita juga harusnya mesti berpikir, apa gunanya kekayaan, bila kekayaan itu adalah bukan hasil keringat kita. Apa gunanya kita ambil dari orang lain. Dan untuk apa kenikmatan, bila kita hanya menikmati itu dalam kesendirian. Manusia hidup ada akhirnya, manusia hidup ada pertanggungjawabannya.
            Dunia bukan segalanya. Masih ada kehidupan hari esok yang harus kita pikirkan. Yaitu kehidupan di hari kedua setelah kita dibangkitkan dari kematian.

            Sudahilah mengambil hak yang bukan hak kita, apalagi kalau mengambilnya dengan susah payah dan penuh resiko. Percuma, nanti juga hilang. Sudahilah bohong, karena kebohongan itu akan menyulitkan diri sendiri. Sudahilah menyakiti orang lain, merugikan orang lain, sebab percuma saja, kerugian dan kesakitan itu akan kembali kepada yang menyakiti itu sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Subscribe Via Email

Subscribe to our newsletter to get the latest updates to your inbox. ;-)

Your email address is safe with us!

Translate

Facebook

Popular Topics

Popular Posts