Senin, 06 Oktober 2014

BUKAN HANYA SEKEDAR KEKAYAAN YANG HARUS DI CARI

BUKAN HANYA SEKEDAR KEKAYAAN YANG HARUS DI CARI

            Pak Sadeli yang sempat kaya raya itu termenung. Di usianya yang menginjak umur paaruh baya, kejayaannya sirna. Satu demi satu harta kekayaannya musnah. Usahanya bangkrut, harta benda habis dijual untuk menutupi hutang dan kekayaan pun habis degerogoti anak-anaknya. Bahkan, kini untuk bisa makan pun terbayang kesusahan yang sempurna. Simpanannya paling hanya bisa membuat dia dan istrinya bertahan dua tau tiga bulan lagi.
            Di tambah merenung bila memikirkan anak-anaknya yang “porak-poranda”. Rumah tangga si Sulung di ambang kehancuran sebab suaminya yang selingkuh. Sehubungan dengan putri sulungnya, Pak Sadeli jadi ingat dirinya sendiri. Dulu dia juga seperti itu. Dia suka bermain perempuan ketika sedang banyak uang di kantongnya. Siapa sangka ternyata anaknya juga mengalami hal yang sama seperti ibunya. Ini menyakitkan, karena sepertinya sejarah akhirnya berbalik menimpa anak-anaknya sendiri.
            Anaknya yang kedua, meninggal karena balapan motor. Ini pun menyesakkaan dada, karena ia tahu jawabannya, mungkin tuhan tidak suka dengan caranya mendapatkan motor itu yang di beli lewat uang yang batil. Dia telah menyesal “menukar” nyawa anaknya dengan ketamakan.
            Terakhir, anaknya yang bontot kini sedang berjuang melawan kebergantungannya terhadap obat-obatan. Badannya sudah seperti tengkorak hidup. Kurus, tak bercahaya. Lagi-lagi dia terpukul dengan perbuatannya sendiri. Dia menyesal karena telah memberi anaknya rezeki yang haram, yang menyebabkan anak-anaknya mudah dekat dengan hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan kesusahan.
            Kehidupannya berantakan dan dia selalu malu bertanya kepada tuhan apa gerangan dosa-dosa yang membuat kehidupannya dirundung masalah. Dia malu, karena dia tahu jawabannya. Dia begitu jauh dari Tuhan. Karena itu, kehidupannya tiada keberkahan. Dia yakin kalau saja kehidupan sebagaimana layaknya seorang Mukmin dan Muttaqin, tentu Allah akan pakaiakan kepadanya pakaian kebaikan, pakaian keberkahan.
            Carilah penghidupan dengan cara-cara yang membawa kepada keberkahan. Karena sesungguhnya yang seharusnya manusia cari bukanlah sekedar kekusaan dan kemewahan, malainkan juga ketenangan dan kebahagiaan.
            Pak Sadeli kemudian berkunjung ke rumah Luqman. Dia ingin minta nasihat, meski Luqman lebih muda, ia merasa tidak ada salahnya bertukar pikiran. Pak Sadeli tidak mau terlambat. Dia masih memilii badan yang sehat, begitu juga istrinya. Si Sulung juga masih bisa diselamatkan rumah tangganya dan si bontot masih mungkin disembuhkan.
“dekati Allah lagi. Mungkin bapak sudah begitu lama meninggalkan serta melupakan-Nya. Dia Maha pengampun, pak… Maha pemaaf. Ampunan serta maaf-Nya selalu akan lebih besar daripada dosa dan kesalahan kita, bahkan masih jauh lebih luas ketimbang marah-Nya sendiri”, segera Luqman memberi pandangan.
            “Saya bahkan yakin, kalau bapak sudah tahu jawabannya mengenai apa yang sesungguhnya terjadi pada masa lalu anda. Bapak hanya butuh keyakinan tambahan, itu saja. Maka renungkanlah di saat-saat orang terlelap dalam tidurnya, merenunglah lewat tahajjud. Dan segera minta perbaikan dari Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu”, Luqman melanjutkan.
            Pak Sadeli mafhum. Dulu dia sangat muda, dia banyak makan harta anak yatim. Tanah saudara-saudaranya dikusainya, dijual dan dinikmati sendiri.
            Lantaran inilah mungkin dia menerima semua akibatnya. Tidak ada keberkahan dalam kehidupannya. Tidak ada ketenangan dalam jiwanya. Hidup berkesudahan dengan kehancuran, jiwa rusak oleh kegelisahan. Dia sadar, dia pernah kaya. Tapi kekayaan dan kejayaannya itu berujung kepada kepahitan dan berumur lama. Dia juga tahu sebenarnya bukan emas yang dia genggam melainkan bara. Bara dari neraka. Bukan permata yang disimpan, tapi bensin yang siap disulut yang disimpan.
            Demikianlah, kekayaan dan kejayaan  yang berasal dan harta yang batil justru akan membuat kita sengsara di penghujung kehidupan, kecuali kita segera bertobat sebelum kematian datang. Harta yang bukan hak seberapa pun akan diambil yang maha kuasa juga.
***

            Kisah di atas adalah kisah Pak Sadeli yang tak mendapatkan ketenangan dan keberkahan, sebab ia telah memakan harta anak yatim. Tapi pernahkah kita juga meneliti kehidupan kita sendiri? Bahwa kita pun mungkin saja berbuat yang demikian, jadi berhati-hatilah dalam mengarungi kehidupan ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Subscribe Via Email

Subscribe to our newsletter to get the latest updates to your inbox. ;-)

Your email address is safe with us!

Translate

Facebook

Popular Topics

Popular Posts