Sabtu, 25 Oktober 2014

Sesuatu yang bukan hak kita akan dihilangkan oleh yang hak

Sesuatu yang bukan hak kita akan dihilangkan oleh yang hak. Dan kadang apa yang halal di genggaman kita pun bisa ikut mengilang seiring hilangnya apa yang haram.

Bagong bingung. Tagihan kartu kreditnya terancam macet. Apa pasalnya? Pasalnya, sejak dua bulan yang lalu, dia di PHK, bersama ratusan karyawan yang lainnya. Sejak itu pula, dia memakai kartu kreditnya tanpa membayar tagihannya. Bagong tampak menjadi berkurang kreatifitasnya. Dia lebih menunggu peluang daripada memburu peluang. Jelas saja dia tidak bisa membayar, sebab ia tidak punya alternative untuk membayarnya.
            Daripada pusing memikirkan tagihan kartu kredit, iseng-iseng ia berjalan ke food center di salah satu mal di Barat Jakarta. Di sana, ia bukan sekedar makan, melainkan cuci mata sekaligus ngilangin stressnya.
            Tidak lama kemudian, matanya tertumbuk pada sosok repotnya seorang ibu muda yang membawa anak kecil. Tampaknya ibu itu akan siap-siap pergi. Mungkin karena terburu-buru, ibu muda tadi lupa membawa handphone-nya blackberry terbaru. Ini di lihat Bagong. Bagong menunggu…Bagong melihat..dan…blackberry nya tertinggal!!
            “Binggo!” teriak hati kecil Bagong. Ia yakin ibu muda itu tidak sadar dan sejak semula memang berharap ibu muda itu lupa akan handphonenya.
            “Mungkin ini sudah menjadi rezeki saya”, pikirnya.
            Rezeki yang diperoleh dengan jalan yang salah adalah bukan rezeki namanya, melainkan bahan bakar kesusahan. Sebab dikatakan rezeki kalau itu datangnya dari Allah. Sedang Allah tidak menyukai jalan-jalan yang haram.
            Blackberry itu diambil Bagong. Bukan untuk di berikan kepada ibu muda si pemilik aslinya, melainkan diamankan di dalam saku celananya.
            Beberapa pikiran enak mulai terbayang. Ia tahu blackberry ini sangat mahal.
“Ada dua kemungkinan.” Begitu otaknya mulai berpikir-pikir tentang blackberry tersebut.
            “Yang pertama, saya pakai sendiri. Toh, saya punya kartu kredit juga, tapi headsetnya nggak ada? Dan yang kedua saya bisa jual untuk membayar tagihan kartu”.
            Bagong memilih memakainya sendiri. Ia ganti kartu si ibu muda tadi dengan kartunya, sekalian biar tidak terlacak. Tapi bagaimana tagihan kartunya? Gampang, begitu pikirannya. Kalau memang nanti sangat terpaksa, baru di jual. Yang penting sekarang gaya dulu.
            Bagong bergegas meninggalkan food center tersebut. Sampai di terminal Grogol ada satu kejadian yang membuat Bagong bicara dalam hati,”Tobat Gusti..tobat…!”
            Kenapa?
            Rupanya Bagong baru saja ditodong perampok. Handphone yang tadi dia ambil, sekarang diambil perampok tersebut. Yang menambah parah, kartunya pun ikut hilang, sebab sudah terpasang di handphone. Bahkan, dompet dia pun ikut diambil(bagong semakin terpukul). Bagong mengusap dada, lemas. Baru mengambil satu handphone, eh…barang-barang asli milikya sendiri malah diambil sama orang lain!.
            “Punya duit nggak lho buat pulang?” tanya penodong itu kasar.
            “nggak” jawab Bagong singkat.
            “ Nih tiga ribu. Cukup buat pulang. Udah sana cepetan pulang. Jangan macem-macem nanti ku habisi lho!”.
            Bagong pun sedih. Si Penodong cuma memberinya uang tiga ribu ongkos buat naik bus pulang. Nasib nasib..!
            Anda pernah mengalami nasib yang sama dengan Bagong? Dalam artian mengambil barang orang lain tapi kemudian barang tersebut hilang dan bahkan barang sendir punu ikut jadi korban. Atau mungkin tidak pernah ya? Karena tidak pernah mengambil hak orang lain. Tapi sekiranya begitulah, kalau mengambil barang yang bukan hak kita. Bukan saja barang yang diambil yang akan hilang, melainkan barang kita sendiri pun bisa ikut hilang dari genggaman kita.
            Patut dimengerti, hilangnya sesuatu yang bukan haknya adalah tidak selalu pada pengertian fisik semata. Sebab bisa jadi fisiknya tidak hilang. Lalu apa? Pemanfaatan terhadap barang tersebut tidak ada, alias dihilangkan rasa nikmatnya.
            Kalau sudah demikian kejadiannya, buat apa kita mengambil hak orang lain yang bukan hak kita? Jadi tidak perlu tergoda memperkaya diri dengan melirik milik orang lain. Apalagi hidup ini sudah susah, maka jangan kita menambah susah lagi dengan bertindak bodoh.
***

“menghilangkan kesusahan adalah bukan mrnghadirkan kesusahan yang lain, melainkan dengan jalan kesabaran”

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Subscribe Via Email

Subscribe to our newsletter to get the latest updates to your inbox. ;-)

Your email address is safe with us!

Translate

Facebook

Popular Topics

Popular Posts